Kamis, 21 Mei 2015

Egoisme Penghobi Batu Bergambar

batu gambar ikan

batu akik gambar siluet ikan

akik gambar ikan

batu akik ikan

batu gambar ikan

batu akik gambar ikan

batu gambar ikan

batu akik gambar ikan

batu akik gambar ikan
batu gambar ikan

batu gambar ikan

batu gambar ikan

batu gambar ikan

batu gambar ikan


batu gambar ikan & berair


Batu bergambar merupakan produk hobi yang tergolong fenomenal dan tidak membosankan. Karena produkl batu bergambar sangat pribadi maka umumnya para penggemar/kolektor menjadi egoisme. Sebagai contoh gambar sebagaimana gambarannya manusia dan binatang yang dalam tataran tidak memenuhi kelayakan dari segi proporsionalitas dan anatominya justru oleh kolektornya dikembangkan sebagai gambar yang sesuai gambarannya manusia maupun binatang. Tidak jarang kolektor yang egoismenya tinggi memaksa gambar yang ada pada batu (agate, jaspis, calsedon dll) miliknya seperti gambar yang dia maksudkan. Oleh karena khalayak mempersepsikan gambar koleksinya dengan beragam makna maka kolektor yang egois tinggi menjelaskan tentang guratan-guratan anatomis gambar yang dia maksudkan sendiri sementara khalayak  hanya menanggapi dengan angguk kepala tanpa makna apapun.

Egoisme pada kolektor batu bergambar itulah yang acapkali yang menyebabkan kegagalan untuk memiliki batu bergambar yang memenuhi kelayakan. Akibatnya dalam jangka panjangnya koleksi batu bergambar milik kolektor yang egois hanya sekadar memuaskan dirinya sendiri. Padahal batu bergambar adalah karya seni yang memiliki nilai yang tidak terkirakan dan dalam jangka panjang menghasilkan nilai ekonomi yang relatif tinggi. Oleh karena hal itulah para penggemar batu bergambar/kolektor harus memiliki semangat demokratisasi dengan mengembangkan nilai-nilai penghargaan atas gambar. Memang selama ini belum ada standar kelayakan gambar. Namun setidaknya kita yang bertahun-tahun mengkoleksi batu bergambar  dapat menuangkan realitas empirik dan realitas fakta atas gambar pada batu bergambar tersebut. Menurut saya, standar kelayakan gambar pada batu bergambar harus memenuhi  kaidah anatomisnya, proporsionalitasnya, ekspresinya, bahkan harus memenuhi jenis aliran gambarannya seperti gambar realiasme, abstrak, surialisme, ekspresionisme dll, dan mengembangkan teknis sket/pembingkaian (metode framingnya)  estetikannya.

Sebenarnya standar kelayakan adalah prinsip dasar dalam pengkoleksian batu bergambar. Pasalnya setiap saat para penggemar/kolektor batu bergambar berburu batu bergambar. Begitu selesai digosok dan dibingkai batu bergambar tidak jemu-jemunya dipandangi oleh kolektornya. Malahan banyak kolektor memandangi koleksinya dengan menggeleng-gelengkan kepalanya tanda akan adanya kebesaran dari Tuhan YME yang menciptakan gambar-gambar alami itu. Bahkan yang seringkali terjadi adalah bahan batunya dibolak-balik oleh kolektor itu sendiri. Dimungkinan yang dicari adalah varian-varian gambar lainnya, apakah gambarannya manusia, bintang, dan benda lainnya.

Pendek kata seseorang yang sudah terpana pada batu bergambar sampai ke tulang sungsumnya, niscaya kegiatan lainnya akan terkalahkan. Bisa jadi penggemar/kolektor cenderung menggosok-gosok batunya sementara lingkungan keluarganya diabaikan. Atau kolektor memotret batu bergambar koleksinya lalu hasilnya didiskusikan dengan istri, anak-anaknya, sanak saudara dan bahkan dengan tetangga, dan kolektor batu bergambar lainnya.

Tidak jarang seorang penggemar/kolektor batu bergambar menguji nilai gambar apakah sesuai dengan gambarannya manusia, binatang dan benda lainnya dengan memamerkan ke sejumlah anak-anak usia bawah lima tahun (Balita). Begitu anak-anak Balita mampu menyebut gambar pada batu bergambar sesuai dengan yang dimaksudkan penggemar/kolektor maka berhasilah tujuan untuk mengoleksi batu bergambar.

Selama ini gambar-gambar  yang gampang dicerna oleh banyak mata adalah gambar yang ngeblok. Baik ngebloknya pada gambar dalam, transparan, dan gambar permukaan. Apalagi warna batu bergambar ngeblok itu kontras dan warna warni. Ada kandungan warna hitamnya, putihnya, hijau, kuning, merah, hitam, dan kesemua warna akrab disebut panca warna.

Meskipun kualitas gambar dapat dikedepankan sebagai bagian dari kesadaran namun kalau teknik framing atau pembingkaiannya kurang diperhatikan maka ekspresi sudut gambarnya  akan  enyebabkan kurang menarik untuk dipandang orang lain. Di sinilah para penggemar/kolektor harus mampu  menghilangkan egosime sektoralnya. Artinya apresiasai diri seseorang tidak dapat dijadikan sebagai penguji kebenaran akan gambar. Gambar pada batu bergambar menjadi bernilai tinggi manakala khalayak luas memberikan apresiasi, sambutan hangat, rasa hormat, penghargaan, bahkan acungan tangan jempol sampai ucapan ciamik soro, buaaaaaaagus, huebat. Dan ditawarkan dengan harga berapa?  


Sumber:

http://teraskota.blogspot.com/2012/08/egoisme-kolektor-batu-bergambar-gambar.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar