Senin, 18 Mei 2015

Kualifikasi Batu Gambar Bernilai Tinggi


batu gambar



Bahan batu bergambar, di antaranya agate (akik) tergolong melimpah, khususnya di bumi Indonesia. Sebut saja bahan batu akik  yang terkenal yaitu dari wilayah  Garut, Bung Bulan, Karang Nunggal (Propinsi Jawa Barat), atau dari Pacitan, Sawo - Ponorogo (Provinsi Jawa Timur), atau dari Pulau Bacan, Halmahera (Provinsi Maluku Utara), atau Aceh Utara, Kalimantan, dan Surmatra Utara, kesemuanya dalam jumlah puluhan ribu ton digali secara berkesinambungan sejak puluhan tahun silam. Yang jadi pertanyaan adalah seberapa banyak jumlah batu bergambar yang memiliki nilai keterukuran secara proporsional, sesuai dengan anatomis gambararannya manusia, binatang, dan benda-benda lainnya, yang benar-benar terukur dan terstandarisasi baik dari bahan dan kualifikasi gambar-gambarnya yang berhasil  diproduksi oleh penggemar batu bergambar/kolektor di muka bumi ini? Ternyata batu bergambar sulit didapatkan meskipun bahan bakunya melimpah.

Apakah gambar semata yang menyebabkan harga batu bergambar melangit alias sangat mahal? Memang banyak penggemar batu bergambar/kolektor yang narsis, yaitu mengagungkan koleksi batu bergambarnya amat sangat bagus.  Padahal kalau dikaji secara mendalam dengan teknis pengukuran secara kualitatif dan kuantitatif, termasuk dengan pengukuran akademis, justru batu bergambar yang dimaksudkan dapat berada pada takaran kelas tanggung dan belum mencapai kelas utama ataupun sempurna/excelent.

Ada beberapa indikaor yang dapat mengetengahkan batu bergambar berharga sangat mahal, di antaranya senilai Rp 1 miliar sampai Rp 5 Miliar. Indikator  yang umum yang sering diketengahkan  kolektornya yaitu nilai  fenomena batu bergambar yang hanya satu-satunya di dunia (only one in the world) dan gambar yang dimaksud menyerupai gambarannya benda (bisa manusia, binatang, dan benda lainnya) yang terkait dengan mitolosi sebuah keyakinan. Atau gambarannya manusia, binatang, dan benda lainnya yang disebut sesuai dengan budaya yang berkembang di wilayah lokal atau regional saja.

Padahal apapun di dunia yang mencitrakan sebuah benda termasuk batu bergambar yang dikatakan bernilai tinggi, berkualitas  harus dapat ditentukan ukuran-ukurannya secara obyektif dan subyektif  dan ukuran itupun harus mengedepankan pemikiran akademis. Misanya anatomi gambarnya manusia, binatang dan benda lainnya sesuai dengan ukuran gambarannya, sesuai proporsionalitasnya, sesuai  dengan obyek apa adanya, baik silhoutte atau ekspresi,  gambarannya manusia, binatang, dan benda lainnya sesuai dengan backgroundnya, komposisi warnanya, presiasinya, atau ekspresinya, dan bahkan gambarannya manusia, binatang dan benda lainnya sesuai dengan obyek yang dimaksudkan sehingga gambar satu maksud, satu arti, satu makna. Di samping itu gambarannya manusia, binatang, dan benda lainnya ada yang di dalamnya batu akik (kualitasnya transparan) dan ada yang dipermukaan.

Di kalangan penggemar batu bergambar justru gambar manusia, binatang dan benda lainnya yang berada di dalam batu dan tidak terhalang  korosi atau kotoran atau gambar lainnya maka batu bergambar itulah yang bernilai sangat mahal. Apalagi kalau menyiratkan aneka warna.

Kesimpulannya bahwa batu bergambar sesuai dengan kreteria atau batasan sebagaimana yang diketengahkan di atas itulah yang dikategorikan sempurna  yang dapat ditawarkan dengan harga tinggi sampai miliaran rupiah atau ratusan ribu dollar Amerika Serikat. Menyinggung besar kecilnya bentuk batu bergambar, apakah dibentuk besar untuk kepala ikat pinggang, liontin, atau bentuk kecil untuk cincin, dan gelang? Kesemuanya bergantung dari selera penggemar batu bergambar/kolektor itu sendiri. (deka)



Sumber:

http://totalkaryamandiri.blogspot.com/2013/04/batu-akik.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar